Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Teks Ulasan Drama Singkat "Petang Ditaman" Beserta Strukturnya

SemuaContoh – Yoo para pembaca dan pelajar kali ini saya akan membagikan contoh singkat teks ulasan drama indonesia "Petang Ditaman" yang merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa indonesia yang mungkin teman-teman butuhkan untuk referensi mengerjakan tugas. Simak langsung contohnya dibawah ini.
Contoh Teks Ulasan Drama Singkat "Petang Ditaman"
Teks Ulasan Drama Petang di Taman
Petang di Taman merupakan drama yang dipentaskan oleh mahasiswa UIN Bandung. Drama yang diproduksi tahun 2012 tersebut disutradarai Atma. Selain itu, drama hasil interpretasi naskah karya Iwan Simatupang memainkan Arief Rahman sebagai lelaki paruh baya, Darminah sebagai nenek, Solichin sebagai penjual balon, serta Siti Mahmudah sebagai wanita. Para tokoh ditampilkan secara absurd dengan corak eksistensitas yang kuat, sehingga drama kaya akan simbol-simbol sastra.

Ketika tirai terbuka, tampak seorang lelaki paruh baya sedang berdebat dengan seorang nenek mengenai musim dan perkiraan cuaca. Sang pemuda maupun sang nenek bersikukuh dengan pendapat masing-masing. Saat itu, nilai individualisme dan konsistensisme mulai diperlihatkan. Dalam drama, sang nenek berkata bahwa ia mengalah kepada sang lelaki mengenai pendapatnya, karena ia merasa lebih tua. Hal ini menandakan simbol etika dalam kehidupan konkret, bahwasanya yang tua mengalah kepada yang lebih muda. Setelah itu, muncul penjual balon yang menawarkan dagangannya. Sang penjual balon bukan menjadi tokoh tritagonis, melainkan tokoh yang semakin menambah absurditas drama. Tak hanya itu, kedatangan wanita yang membawa anaknya juga semakin menambah kerumitan cerita. Tokoh wanita berasumsi bahwa sang penjual balon tidak bertanggungjawab mengenai hidupnya dan anaknya. Corak cerita semakin menampakkan individualisme dan disajikan secara retoris dan konseptis dalam negara yang demokrasi. Simbol-simbol yang terdapat pada drama menggambarkan konflik-konflik sosial yang mulai dianggap wajar dalam masyarakat.

Secara totalitas, Petang di Taman disajikan secara indah dan penuh simbol. Nilai estetika dan etika dalam kehidupan konkret disampaikan secara tersorot dan tersirat. Penonton dapat memahami alur melalui dialog antar tokoh. Namun, hal yang menarik yaitu penonton dikondisikan tidak mampu serta merta meneroka simbol yang ada. Drama tersebut mengharuskan penonton berkontemplasi terhadap paradigma para tokoh secara alamiah. Kemudian, penonton dapat menginterpretasikan amanat yang ada dalam drama. Selanjutnya, drama yang berhasil membawakan absurditasme kehidupan tersebut tampaknya relevan bagi studi para sosiolog, psikolog, sastrawan, hingga budayawan. Namun, bagi penonton yang lebih mencari daya tarik hiburan, tidak dianjurkan menonton drama karena tidak memungkinkan sesuai ekspektasi. Meskipun begitu, khalayak awam-pun, dapat menambah pengalaman batin dan kecerdasan emosional karena rasa simpatik yang dimbulkan.